Senin, 27 Juni 2016

ETIKA PROFESI (STANDAR TEKNIK DAN MANAJEMEN)

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI BUDAYA KUALITAS PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PT. OTSUKA INDONESIA MALANG)


            Upaya untuk meningkatkan kinerja dalam menghadapi tantangan persaingan kompetitif dapat melalui perbaikan berkelanjutan yang terfokus pada konsumen. Perbaikan yang dilakukan meliputi keseluruhan aktivitas organisasi yang penekanannya kepada fleksibilitas dan kualitas. Oleh karena itu, kualitas dan pengelolaannya dikaitkan dengan perbaikan berkelanjutan dilakukan oleh banyak perusahaan dalam mendorong peningkatan pangsa pasar. Pengelolaan usaha yang terfokus pada fleksibilitas dan kualitas dengan wawasan global dapat tercermin dari sistem manajemen mutu yang dijalankan oleh organisasi bisnis.
            PT. OTSUKA INDONESIA sebagai perusahaan farmasi, alat kesehatan dan makanan kesehatan telah lama menerapkan sistem manajemen mutu ISO sebagai komitmen perusahaan untuk menjaga kualitas produknya. Sistem manajemen mutu PT. OTSUKA INDONESIA diterapakan dari proses awal,  mulai proses  pemilihan  supplier,  bahan  awal,  proses poduksi, pengujian, produk jadi, distrubusi dan bahkan ketika produk sampai ditangan pelanggan. Perusahaan sesuai dengan misinya menyediakan produk yang berkualitas tinggi dan handal. Setelah adanya penerapan sistem manajemen mutu ISO di PT. OTSUKA INDONESIA, maka perusahaan melakukan penilaian kinerja kayawan akibat penerapan sistem manajemen mutu ISO diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencapaian antara rencana kerja yang ditetapkan dengan hasil kerja.
         Pengambilan data penelitian dilakukan melalui langkah penentuan sampel dari populasi penelitian dengan mengacak nomor induk pegawai masing-masing departemen di lingkungan PT. OTSUKA INDONESIA di Malang. Sampel sebanyak 110 pegawai yang terpilih diwawancara face-to face dan sekaligus diberikan kuesioner untuk mendapatkan persepsi karyawan terhadap indikator variabel penelitian yang digunakan. Pengukuran persepsi ini dilakukan dengan menggunakan skala likert (skala 1 yang menyatakan persepsi sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 untuk menyatakan persepsi sangat setuju) terhadap setiap pernyataan dalam kuesioner.
         Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 meliputi perencanaan sertifikasi, komitmen organisasi, dan penerapan prosedur, memiliki persepsi yang beragam dari karyawan responden, dimana perencanaan sertifikasi memiliki persepsi yang sangat baik dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Sehingga penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 mampu meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan melalui budaya kualitas perusahaan sebagai mediasinya. Budaya  kualitas  memiliki  persepsi  yang  baik, namun untuk dua indikator pembentuknya, yaitu empowerment dan involvement, serta quality improvement teamwork masih memiliki persepsi yang rendah dari karyawan. Kinerja karyawan memiliki persepsi yang baik oleh   karyawan   responden   dengan   indikator kualitas training dipersepsikan sangat baik.

SUMBER: http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2053.pdf

Senin, 11 Januari 2016

PERENCANAAN ORGANISASIONAL (KEWIRAUSAHAWAN)

Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuannya, dimana ditujukan pada tindakan yang tepat melalui melalui proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih dahulu. Tujuan Perencanaan adalah membentuk usaha yang terkoordinasi dalam organisasi. Pengorganisasian adalah suatu proses pembentukan kegunaan yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manajemen. Pengorganisasian yang sesuai dengan sumber daya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari penggunaannya. Perencanaan Organisasional mempunyai dua tujuan :
      Tujuan perlindungan (protective) yaitu meminimisasikan resiko dengan mengurangi ketidakpastian di sekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi tindakan manajerial yang berhubungan
  Tujuan kesepakatan (affirmative) yaitu meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional.
Henry Fayol mengemukakan enam belas garis pedoman umum ketika mengorganisasi sumber daya-sumber daya :
1.        Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana
2.   Mengorganisasi aset kemanusiaan dan bahan sehingga konsisten dengan tujuan-tujuan sumber daya
3.        Menetapkan wewenang tunggal, kompeten, energik
4.        Mengkoordinasikan semua aktivitas-aktivitas dan usaha-usaha
5.        Merumuskan keputusan yang jelas dan tepat
6.    Menyusun bagi seleksi yang efisien sehingga tiap-tiap departemen dipimpin oleh seorang manajer
7.        Mendefinisikan tugas-tugas
8.        Mendorong inisiatif dan tanggung jawab
9.        Memberikan balas jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan
Konsep pembagian tenaga kerja diberikan pada berbagai bagian tugas tertentu diantara sejumlah anggota organisasi sehingga produksi dibagi menjadi sejumlah langkah-langkah/tugas-tugas dengan tanggung jawab penyelesaian yang diberikan pada individu tertentu. Keuntungan dan kerugian pembagian tenaga kerja adalah sebagai berikut:
Keuntungan :
1.   Pekerja berspesialisasi dalam tugas tertentu sehingga keterampilan dalam tugas tertentu meningkat
2.        Tenaga kerja tidak kehilangan waktu dari satu tugas ke tugas yang lain
3.      Pekerja memusatkan diri pada satu pekerjaan dan membuat pekerjaan lebih mudah dan efisien
4.     Pekerja hanya perlu mengetahui bagaimana melaksanakan bagian tugas dan bukan proses keseluruhan produk
Kerugian :
1.  Pembagian kerja hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi yang mengabaikan variabel manusia
2.   Kerja yang terspesialisasi cenderung menjadi sangat membosankan yang akan berakibat tingkat produksi menurun
Menurut Chester Barnard akan makin banyak perintah manajer yang diterima dalam jangka panjang jika :
1.        Saluran formal dari komunikasi digunakan oleh manajer dan dikenal semua anggota organisasi
2.      Tiap anggota organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui mana dia menerima perintah
3.        Lini komunikasi antara manajer bawahan bersifat langsung
4.        Rantai komando yang lengkap
5.        Manajer memiliki keterampilan komunikasi yang memadai
6.        Manajer menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional
7.        Suatu perintah secara otentik memang berasal dari manajer


Kamis, 22 Oktober 2015

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja tentunya memiliki tujuan. Berikut adalah tujuan keselamatan kerja (Suma’mur, 1981) :
1.   Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2.        Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3.        Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya (Suma’mur, 1981).
Keselamatan kerja juga memiliki latar belakang sosial-ekonomis dan kultural yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan dan lain-lain erat berkaitan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Keselamatan kerja merupakan satu bagian dari keselamatan pada umumnya. Masyarakat harus dibina penghayatan keselamatannya ke arah yang jauh lebih tinggi (Suma’mur, 1981).
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting yaitu (Suma’mur, 1981):
1.        Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau
2.        Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah di luar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukan program keselamatan perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Terdapat tiga kelompok kecelakaan (Suma’mur, 1981) :
1.        Kecelakaan akibat kerja di perusahaan,
2.        Kecelakaan lalu lintas,
3.        Kecelakaan di rumah.
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata. Jenis kerugian kecelakaan kerja ada lima jenis yaitu (Suma’mur, 1981) :
1.        Kerusakan,
2.        Kekacauan organisasi,
3.        Keluhan dan kesedihan,
4.        Kelainan dan cacat,
5.        Kematian.
Kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan besar dengan kerugian besar biasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa kecelakaan kecil adalah 10 kali kejadian kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan kecil menyebabkan kerugian yang besar pula, bila dijumlahkan secara keseluruhan. Terdapat beberapa klasifikasi kecelakaan akibat kerja. Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut (Suma’mur, 1981) :
1.    Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : terjatuh, tertimpa benda jatuh, terjepit oleh benda, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, dan lain-lain.
2.     Klasifikasi menurut penyebab : mesin, alat angkut, alat angkat, peralatan lain, bahan dan zat radiasi, lingkungan kerja, penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut.
3.     Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : patah tulang, amputasi, luka bakar, pengaruh radiasi, dan lain-lain.
4.      Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : kepala, leher, badan, kelainan umum, letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut.
Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh sesuatu, melainkan oleh berbagai faktor. Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua golongan penyebab, yaitu (Suma’mur, 1981) :
1.        Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi standar keselamatan, dan
2.        Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman.
Berdasarkan penyelidikan ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik dan petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan disebut analisa sebab kecelakaan. Analisa ini dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaan. Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi. Hanya pernyataan bahwa kecelakaan dikarenakan oleh misalnya alat kerja atau tertimpa benda jatuh tidaklah cukup, melainkan perlu adanya kejelasan tentang serentetan peristiwa atau faktor-faktor yang terjadi dan akhirnya menjadi penyebab kecelakaan. Beberapa kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dicegah dengan cara sebagai berikut (Suma’mur, 1981):
1.     Peraturan perundangan, yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, latihan dan pemeriksaan kesehatan.
2.     Standardisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan dan alat-alat perlindungan diri.
3.     Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
4.     Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya, pengujian alat perlindungan diri, dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
5.    Riset medis, yaitu meliputi penelitian mengenai efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis.
6.  Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya dan apa penyebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9.  Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
10.   Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11.  Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan.
12.  Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.
13.  Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan pertama berkaitan dengan ciri-ciri psikologis, fisik dan kelainan-kelainan faal perseorangan yang cenderung mempunyai pengaruh terhadap kecelakaan. Pendekatan kedua berhubungan dengan faktor-faktor rasa atau emosi. Pendekatan ketiga atau merupakan cara pendekatan akhir-akhir ini bersangkutan dengan faktor-faktor manusiawi yang dikaitkan terhadap situasi pekerjaan. Pendekatan keempat cenderung untuk menilai bagaimana tingkat keserasian tenaga kerja terhadap proses pekerjaan (Suma’mur, 1981).
14.   Pada suatu tempat kerja, hanya sejumlah kecil tenaga kerja mengalami persentase kecelakaan yang tinggi. Tenaga kerja tersebut dipandang sebagai cenderung untuk mengalami kecelakaan. Statistik kecelakaan menyatakan bahwa 10-25% tenaga kerja terlibat dalam 55-85% dari seluruh kecelakaan. Fakta bahwa seorang tenaga kerja mengalami kecelakaan tidak perlu berarti bahwa ia cenderung untuk mengalami kecelakaan. Mungkin saja di belakang faktor tersebut terdapat kenyataan bahwa tenaga kerja yang dimaksud adalah satu-satunya orang yang harus bekerja pada proses atau mesin yang relatif berbahaya sedangkan tindakan-tindakan pengamanan tidak dilakukan dengan memadai (Suma’mur, 1981).
Penerapan K3 bertujuan untuk mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan (Silalahi, 1995). Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002) :
1.      Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2.        Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya.
3.        Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4.        Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5.        Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan pastisipasi kerja.
6.        Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
7.        Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. Faktor tersebut diantaranya yaitu faktor fisika (kebisingan, iklim kerja, ventilasi, penerangan dan getaran), faktor kimia (debu, gas, uap, asap, dan kabut), faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit dan serangga), faktor ergonomi (tenaga terlalu dipaksakan, berdiri lama, salah gerakan, angkat beban terlalu berat dan pekerjaan monoton) serta faktor psikologis (hubungan dengan orang, pekerjaan dan lingkungan kerja). Efek negatif akibat kebisingan yaitu dapat menimbulkan trauma akustik atau kerusakan gendang telinga secara mendadak karena energi suara yang berlebihan, ketulian sementara, ketulian permanen, gangguan komunikasi dan gangguan psikologi. Kebisingan dapat diatasi dengan beberapa cara antara lain, desain mesin yang baik, pengoperasian alat sesuai dengan kemampuan mesin, perawatan mesin secara teratur serta penggunaan Alat Pelindung Diri seperti sumbat telinga (Mangkunegara, 2002).
Efek negatif yang ditimbulkan akibat iklim kerja yang buruk yaitu otot kejang dan sakit, tubuh kehilangan cairan dan elektrolit, jantung berdebar, nafas pendek dan cepat, tekanan darah naik atau turun, suhu badan tinggi dan hilang kesadaran. Pengendalian tekanan yang panas dapat dilakukan dengan cara isolasi sumber panas, membuat ventilasi udara, penyediaan air minum dalam jumlah yang memadai, dan pengaturan lamanya kerja dan istirahat. Efek negatif yang ditimbulkan akibat penerangan yang buruk yaitu kelelahan mata, berkurangnya daya serta efisiensi, kelemahan mental, pegal di sekitar mata, rasa sakit kepala di sekitar mata, kerusakan indra mata dan mengakibatkan kecelakaan. Penerangan yang baik adalah penerangan yang tidak menyilaukan, tidak menimbulkan panas berlebih, tidak menghasilkan gas, tidak menimbulkan bayangan kontras, dan pencahayaan merata. Efek negatif yang ditimbulkan oleh getaran adalah kelainan peredaran darah dan syaraf, serta kerusakan pada persendian dan tulang berupa rasa nyeri sampai dengan mati rasa. Pengendalian getaran dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pemasangan bantalan berupa karet pada mesin dan peralatan, penggantian komponen mesin yang sudah aus serta penguatan baut atau ikatan yang longgar (Mangkunegara, 2002).
Definisi alat pelindung diri (APD) berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010 tentang alat pelindung diri, APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD memiliki jenis dan fungsi, yaitu (Suma’mur, 1981) :
1.    Alat pelindung kepala, yaitu berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan kimia, dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala adalah helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2.       Alat pelindung mata dan muka, yaitu berfungsi untuk melindungi muka dari paparan bahan kimia berbahaya, percikan benda-benda kecil, panas, pancaran cahaya dan pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis alat pelindung mata dan muka yaitu kacamata pengaman (spectacles), tameng muka (face shield), masker selam, dan full face masker.
3.   Alat pelindung telinga, yaitu berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan dan tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).

KEWIRAUSAHAWAN

Istilah kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari Perancis yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “perantara”. Pada abad pertengahan istilah ini digunakan untuk menjelaskan orang-orang yang menangani proyek produksi berskala besar. Sedangkan kewirausahaan secara lebih luas didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Didalam kewirausahaan, disepakati adanya tiga jenis perilaku, yaitu memulai inisiatif, mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial atau ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi dengan cara praktis, dan diterimanya resiko atau kegagalan. Menurut ahli ekonomi, wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar dari pada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perbahan, inovasi, dan cara-cara baru.
Para wirausahawan dunia modern muncul pertama kali di Inggris pada masa revolusi industri pada akhir abad kedelapan belas. Masa tersebut merupakanj era produksi dengan menggunakan mesin yang diawali dengan penemuan mesin uap oleh James Watt, mesin pemintal benang oleh Richard Arkwright, dll. Orang-orang jenis ini sangat penting dalam pembangunan perekonomian Inggris. Mereka menerapkan penemuan ilmu untuk tujuan produksi dan berusaha mendapatkan peningkatan output industri yang sangat besar melalui penggunaan teknologi baru. Para wirausahawan awal ini memiliki karakteristik kesabaran dan tenaga yang tidak terbatas. Beberapa mempunyai uang dan berasal bukan dari golongan bangsawan. Mereka muncul dari kelas menengah bawah dan didorong oleh keinginan untuk mewujudkan impian dan gagasan inovatif menjadi kenyataan. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi-organisasi mereka. Mereka pada nilai kerja yang mereka lakukan, mereka tidak mementingkan keuntungan dan kekayaan sebagai tujuan pertama. Keberhasilan memberi arti dan kebanggaan pada usaha yang mereka lakukan.
Wirausahawan revolusi industri Inggris menunjukkan kunci penting dalam membangun kepribadian yaitu semangat inovasi. Mereka terlibat dalam pengembangan penemuan untuk tujuan komersil dan menerapkan penemuan ilmiah untuk tujuan produksi. Keberhasilan mereka membuktikan adanya nilai dari pengerjaan sesuatu yang baru dan berguna atau mengerjakan sesuatu yang lama dengan cara baru dan lebih baik. Didalam usahanya, mereka menetapkan suatu nilai dasar yang harus diikuti oleh para wirausahawan bahwa inovasi harus merupakan karakteristik utama dari usaha-usaha kewirausahawan. Kreatifitas adalah hakekat dari tindakan-tindakan kewirausahawan. Joseph A. Schumpeter memberi penekana  pada konsep inovasi sebagai kriteria yang membedakan perusahaan dari bentuk usaha lainnya. Mereka yang memimpin wirausaha dinamakan wirausahawan. Schumpeter menyatakan bahwa tidak ada orang yang menjadi wirausahawan sepanjang waktu, dimana seseorang berperilaku sebagai wirausahawan hanya ketika melakukan suatu inovasi. Bahkan jika wirausahawan tidak menanggung resiko dari segi finansial, mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menanggung resiko. Ketidakpastian ini mempengaruhi lingkungan dimana mereka harus mencari dana. Mereka mendapati bahwa pencarian modal ventura sangatlah sulit. Keuntungan kewirausahawan umumnya berasal dari inovasi. Keuntungan tersebut bersifat sementara dan akan berkurang dengan adanya persaingan. Ini berarti bahwa tidak ada perusahaan yang bisa bergantung pada produk yang telah dihasilkan. Inovasi harus merupakan proses yang berkesinambungan jika perusahaan ingin berumur panjang.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa wirausahawan mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula revolusi industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad kesembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata wirausahawan adalah anak dari orang tua-orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berasal dari semua kelas. Wirausahawan umumnya mempunyai sifat yang sama mereka adalah orang yang mempunyai tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif, kemauan untuk menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan keinginan untuk berprestasi yang sangat tinggi. Geoffrey Crowther menambahkan sikap optimis dan kepercayaan tehadap masa depan. Menurut McClelland, karateristik wirausahawan adalah sebagai berikut:
1.      Keinginan Uutuk Berprestasi
Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai n Ach. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetensi individu.
2.      Keinginan untuk Bertanggung Jawab
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi, mereka akan melakukannya secara kelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
3.      Preferensi kepada Resiko-resiko Menengah
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
4.      Persepsi pada Kemungkinan Berhasil
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5.      Rangsangan oleh Umpan Balik
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
6.      Aktivitas Enerjik
Wirausahawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7.      Orientasi ke Masa Depan
Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh dimasa depan.
8.      Keterampilan dalam Pengorganisasian
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9.      Sikap terhadap Uang
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi mereka.
           Peluang usaha baru akan mendatangkan berbagai jenis resiko, jika mereka yang ingin memulai bisnis baru bisa menilai tingkat n arc mereka, dimana mereka akan mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk berhasil atau mereka akan bisa menyimpulkan bahwa mereka hendaknya bekerja bagi orang lain. Walaupun tidak ada cara yang diketahui untuk membuat penilaian tersebut dengan setepat-tepatya, terdapat cara dimana individu-individu bisa menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola bisnis baru agar berhasil. Karakteristik wirausahawan sukses dengan n arc tinggi akan meberikan pedoman bagi analisa diri sendiri.
1.      Kemampuan Inovatif
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan lebih baik.
2.      Toleransi terhadap Kemenduaan
Ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak terstruktur dan tidak bisa diprediksi. Karateristik ini berkaitan erat dengan proses inovatif. Inovasi berasal dari kreatifitas yang ada, yang memerlukan perbaikan kondisi yang ada, bergantung pada kemampuan seseorang, dan secara total terserap dalam proses. Orang-orang yang kreatif mempunyai kemampuan untuk membangun struktur dari situasi yang tidak berbentuk.
3.      Keinginan untuk Berprestasi
Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan kewirausahawan. Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak mengenal menyerah didalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.
4.      Kemampuan Perencanaan Realistis
Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan adalah tanda dari perencanaan realistis, tujuan diterapkan sesuai dengan n Arc dari wirausahawan.
5.      Kepemimpinan Terorientasi kepada Tujuan
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai tujuan n Arc yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka dan rekan kerja serta bawahan mereka kearah tujuan yang ditetapkan. Semua usaha dalam organisasi dipusatkan untuk mecapai tujuan utama organisasi tersebut.
6.      Obyektivitas
Wirausahawan obyektif didalam mengarahkan pemikiran dan aktivitas kewirausahawannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan fakta-fakta yang ada, mempelajari, dan menentukan arah tindakan dengan cara-cara praktis. Jika tidak ada fakta-fakta yang memadai untuk mendefinisikan situasi sepenuhnya, mereka meneruskan pekerjaan dengan rasa percaya pada kemampuan mereka didalam mengatasi kendala yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu.
7.      Tanggung Jawab Pribadi
Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
8.      Kemampuan Beradaptasi
Para wirausahawan mampu beradaptasi menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Ketika wirausahawan terhambat oleh kondisi yang berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah namun menilai situasi secara objektif, merumuskan rencana-rencana baru yang dipercaya akan efektif pada lingkungan baru tersebut, dan mengaktifkannya. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh wirausahawan.
9.      Kemampuan sebagai Pengorganisasian dan Administrator
Wirausahawan memiliki kemampuan mengorganisasi dan administrasi didalam mengidentifikasi dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan akan memilih para spesialis untuk mengerjakan tugas dengan efisien. Mereka cenderung tidak bekerja baik dalam hal-hal rutin dan akan melakukan pekerjaan dengan baik jika meninggalkan rutinitas kepada orang lain. Kekuatan mereka sebagai administrator terletak pada kemampuan mereka melihat kedepan dan mengantisipasi kemungkinan masa depan.
          McClelland mengemukakan tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan untuk berprestasi, n Arc; kebutuhan berafiliasi, n Afill; dan kebutuhan untuk berkuasa, n Pow. Kebutuhan berafiliasi adalah kebutuhan untuk membentuk hubungan yang hangat dan bersahabat dengan orang lain yaitu keinginan untuk diterima dan disukai. Kebutuhan untuk berkuasa menguraikan keinginan untuk mengendalikan cara-cara mempengaruhi orang lain, keinginan untuk mendominasi, untuk meyakinkan orang lain tentang kebenaran dari superioritas orang lain. Contoh kebutuhan untuk berprestasi yaitu seorang wirausahawan tentu ingin usahanya meraih suatu tingkat pencapaian tertentu dan tidak menjadi usaha yang hanya biasa-biasa saja, misalnya mendapatkan prestasi atau penghargaan top brand award atau best seller record, atau penghargaan-penghargaan lainnya dari berbagai instansi terkait yang menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki prestasi yang tinggi dan bukan sekedar usaha yang biasa-biasa saja. Contoh kebutuhan untuk berafiliasi yaitu suatu usaha tidak dapat 100% benar-benar berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya. Dalam berbagai segi bisnis, dibutuhkan rekan atau mitra yang dapat diandalkan untuk menjalankan usaha, dimana mitra usaha ini dapat berupa supplier, distributor, agen, penanam modal, dan lain-lain. Kebutuhan suatu usaha untuk bekerja sama dan berhubungan dengan mitra usahanya ini merupakan contoh kebutuhan untuk berafiliasi. Koneksi yang luas merupakan salah satu hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang wirausahawan. Contoh kebutuhan untuk berkuasa yaitu seorang wirausahawan tentunya ingin menguasai pasar. Selain itu, ada keinginan dari diri sendiri untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain, yaitu memiliki usaha sendiri dan memimpin sejumlah orang atau karyawan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa seorang wirausahawan memiliki kebutuhan untuk berkuasam, yaitu ingin memimpin, bukannya dipimpin.
       Banyak peluang didalam mengeidentifikasi hal baru dan lebih baik untuk dikerjakan dan cara baru dan lebih baik didalam mengerjakan sesuatu. Wirausahawan adalah orang yang mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagasan baru, kemudian bekerja keras merubah peluang menjadi kenyataan. Para wirausahawan mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan senantiasa menyimpan informasi yang menarik minat dalam ingatan mereka. Terdapat dua jenis kesadaran yang memaksa penelusuran peluang venture baru, yaitu kesadaran yang tercermin dalam orientasi eksternal dan yang tercermin dalam orientasi internal. Keingintahuan dan minat pada apa yang terjadi didunia merangsang orientasi eksternal. Para wirausahawan menelusuri banyak sumber gagasan. Sumber gagasan baru tersebut adalah:
1.      Konsumen
Wirausahawan harus selalu memperhatikan apa yang menjadi keinginan konsumen atau memberi kesempatan kepada konsumen untuk mengungkapkan keinginan mereka.
2.      Perusahaan yang Sudah Ada
Wirausahawan harus selalumemperhatikan dan mengevaluasi produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang sudah ada dan kemudian mencari cara untuk memperbaiki penawaran yang sudah ada sehingga dapat membentuk peluang baru.
3.      Saluran Distribusi
Merupakan sumber gagasan baru yang sangat baik karena kedekatan mereka dengan kebutuhan pasar.
4.      Pemerintah
Merupakan sumber pengembangan gagasan baru dengan dua cara yaitu melalui dokumen hak-hak paten yang memungkinkan pengembangan suatu produk yang baru, dan melalu peraturan pemerintah terhadap dunia usaha yang memungkinkan muncuknya suatu gagasan tentang usaha baru.
5.      Penelitian dan Pengembangan.
Merupakan suatu kegiatan yang sering menemukan atau menghasilkan suatu gagasan produk baru atau perbaikan terhadap produk yang sudah ada.
            Analisa pulang pokok umumnya terdiri atas refleksi, pembahasan, pertimbangan, dan pembuatan keputusan relatif terhadap tujuh unsur pokok. Masing-masing unsur dan definisinya adalah sebagai berikut:
1.      Biaya tetap adalah pengeluaran yang dikeluarkan tanpa melihat jumlah produk yang dihasilkan.
2.   Biaya variabel adalah pengeluaran yang berfluktuasi dengan jumlah produk yang dihasilkan
3.      Biaya total adalah jumlah total biaya tetap dan biaya variabel yang berkaitan dengan produksi.
4.  Pendapatan total adalah semua nilai rupiah penjualan yang terakumulasi dari penjualan produk.
5.      Keuntungan adalah jumlah pendapatan total yang melebihi biaya total dari produksi barang yang dijual.
6.   Kerugian adalah jumlah biaya total produksi barang yang melebihi pendapatan total yang diperoleh dari perjualan barang tersebut.
7.  Titik pulang pokok adalah pendapatan total sama dengan biaya totalnya, artinya perusahaan hanya memperoleh pendapatan yang hanya cukup untuk menutupi biaya-biayanya, dimana perusahaan tidak untung tidak rugi.
Wirausahawan harus terampil dalam strategi dan perencanaan, agar bisnis bisa langgeng. Wirausahawan harus juga menguasai semua peraturan dan ketentuan dalam dunia usah. Sebelum menejalankan usaha, wirausahawan haruslah memiliki bentuk hukum yang paling sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan bisnisnya. Rencana wirausahawan haruslah mempertimbangkan berbagai ketentuan hukum yang berbeda satu sama lain, yang mengatur jalannya bisnis. Untuk memilih bentuk hukum dari bisnis, pertama-tama haruslah mengetahui alternatif yang ada. Terdapat tiga bentuk dasar dari organisasi perusahaan , yaitu kepemilikan tunggal, kongsi, dan perseroan. Masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian sendiri. Jenis organisasi bisnis yang dipilih wirausahawan akan menentukan pola hubungan wirausahawan berbagai badan pemerintah.
1.      Pemilikan Tunggal
Pemilikan tunggal atau firma merupakan bentuk organisasi bisnis kecil yang paling umum. Perusahaan dimiliki dan dijalankan oleh satu orang. Menjadi seorang pemilik tunggal, wirausahawan hanya memerlukan ijin dan mendaftar untuk nisa memulai uasaha. Keuntungan-keuntungan dari pemilikan tunggal anatara lain adalah sebagai berikut:
a.   Organisasi informal sudah cukup, dan kewajiban-kewajiban hukum yang harus dipenuhi hanya sedikit, dan biasanya tidak semahal seperti membentuk sebuah kongsi atau PT.
b.      Pemilik tidak perlu membagi laba dengan siapapun.
c.   Tidak perlu berkonsultasi dengan sesama pemilik atau rekanan sehingga seorang pemilik tunggal mempunyai kekuasaan membuat keputusan dan pengendalian sepenuhnya.
d.  Pemilik dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan bisnis dengan cepat dalam bentuk keputusan manajemen sehari-hari.
e.       Pemilik tunggal biasanya bebas dari pengawasan pemerintah dan perpajakan khusus.
Kerugian-kerugian yang diakibatkan dari pemilikan tunggal adalah sebagai berikut:
a.  Pemilik tunggal memiliki kewajiban tidak terbatas dan bertanggung jawab atas seluruh hutang perusahaan.
b.      Modal yang tersedia jauh lebih kecil dibandingkan organisasi bisnis lainnya.
c.       Sukar mendapatkan biaya jangka panjang.
2.      Kongsi
Kongsi dapat dirumuskan sebagai sebuah asosiasi dari dua orang atau lebih yang bertindak sebagai pemilik bersama dari sebuah bisnis. Ayat-ayat perjanjian dari kongsi biasanya dirumuskan untuk menentukan sumbangan masing-masing rekanan kepada bisnis dan peran dari setiap partner didalamnya. Beberapa ciri dari kongsi yang membedakan dari bentuk organisasi lain adalah umur yang terbatas dari kongsi, kewajiban tak terbatas dari salah seorang rekanan, pemilikan bersama dari harta, kut serta dalam manajemen dan pembagian laba dalam kongsi. Keuntungan-keuntungan dari bentuk kongsi antara lain adalah sebagai berikut:
a.  Formalitas hukum dan pengeluaran-pengeluaran lebih sedikit dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan dalam pendirian sebuah perseroan.
b.    Para rekanan lebih bermotivasi untuk menerapkan kemampuan mereka sebaik-baiknya karena mereka ikut mendapatkan laba.
c.   Para kongsi sering kali lebih mudah mendapatkan modal yang lebih besar dan mempunyai keterampilan yang lebih luas dibandingkan sebuah kepemilikan tunggal.
d.  Pengambilan keputusan dalam sebuah kongsi lebih luwes dari pada dalam sebuah perseroan.
Kerugian-kerugian yang diakibatkan dari sebuah kongsi adalah sebagai berikut:
a.       Terdapat kewajiban tak terbatas, paling sedikit bagi seorang rekanan.
b.  Kongsi akan berakhir kapan saja seorang rekanan meninggal atau menginginkan pembubaran kongsi.
c.     Kongsi relatoh lebih sukar untuk memperoleh modal dalam jumlah besar, terutama untuk pembiayaan jangka panjang dibandingkan dengan perseroan.
d.  Rekanan merupakan agen bisnis dan tindakan mereka mengikat rekanan-rekanan lain maupun bisnis itu.
e.       Kepentingan pribadi seorang rekanan sukar dihapuskan.
3.      Perseroan
Perseroan dapat dirumuskan sebagai suatu diri buatan, tidak terlihat, tidak terwujud, dan hanya ada menurut hukum. Dengan kata lain, perseroan merupakan sebuah badan hukum dan mempunyai identitas yang terpisah dari para pemiliknya. Sebuah perseroan biasanya terbentuk dengan kekuasaan dari sebuah badan pemerintah dan harus menurut hukum dagang serta peraturan peraturan pemerintah pusat ataupun daerah yang berbeda-beda. Prosedur yang biasanya harus diikuti dalam mendirikan sebuah perseroan terbatas adalah pertama-tama bahwa harus ditentukan jumlah saham dan pembagian-pembagiannya serta harus dibentuk sebuah organisasi sementara, selanjutnya harus diperoleh persetujuan dari pemerintah. Persetujuan dari pemerintah ini harus dalam bentuk suatu akte pendirian untuk perseroan itu yang menyatakan kekuasaan dan keterbatasan dari suatu perusahaan tersebut. Keuntungan-keuntungan dari sebuah perseroan antara lain sebagai berikut:
a.   Kewajiban pemilik saham terbatas pada jumlah saham, biasanya sesuai dengan jumlah investasi si pemegang saham.
b.      Pemilikan dengan mudah dapat dipindahkan dari satu orang ke orang lain.
c.       Perseroan mempunyai ekstensi hukum yang terpisah.
d.      Eksistensi perseroan relatif lebih stabil dan lebih permanen.
e.  Pemilik mendelegasikan kekuasaan kepada manajer profesional yang merupakan spesialis.
f.       Perseroan sanggup menggaji spesialis
Kerugian-kerugian yang diakibatkan dari sebuah perseroan adalah sebagai berikut:
a.       Kegiatan-kegiatannya dibatasi oleh akta pendirian dan berbagai hukum atau perundang-undangan.
b.  Banyak peraturan pemerintah yang harus diperhatikandan perseroan harus membayar banyak dari labanya kepada instansi-instansi pemerintah.
c.       Memakan lebih banyak biaya dari pada membentuk sebuah kongsi.
d.      Terdapat pajak-pajak yang lebih besar karena adanya berbagai instansi pemerintah.
Untuk menyediakan sumber daya manusia yang tepat pada organisasi kewirausahawan ketika berbagai posisi menjadi terbuka atau lowong, manajer hendaknya mengikuti empat langkah yang berurutan berikut ini:
1.      Pengrkrutan
2.      Seleksi
3.      Pelatihan
4.      Penilaian hasil kerja
Langkah pokok kedua yang terlibat dalam penyedian sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi kewirausahawan adalah seleksi. Seleksi adalah pemilihan individu untuk disewa dari semua individu-individu yang telah direkrut. Dengan ini, seleksi bergantung pada dan menyertai penarikan  tenaga kerja. Proses seleksi biasanya diwakili oleh serangkaian tahap melalui mana calon tenaga kerja harus melewatinya untuk bisa disewa. Tiap tahap yang berurutan mengurangi kelompok total dari calon tenaga kerja samapi akhirnya satu individu bisa disewa. Berikut ini adalah tahap-tahap dari proses seleksi:
1.         Penyaringan pendahuluan dari rekaman, berkas data, dan lain-lain
2.         Wawancara pendahuluan
3.         Tes kecerdasan
4.         Tes bakat
5.         Tes kepribadian
6.         Rujukan prestasi
7.         Wawancara dianostik
8.         Pemeriksaan kesehatan
9.         Penilaian pribadi

SUMBER:
Wiratmo, Masykur. 1994. Kewirausahawan. Jakarta: Universitas Gundarma.

http://ediharukaze.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-kewirausahaan-dan.html